Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa hidup sendirian, begitu pula dengan negara. Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga keberadaannya saling melengkapi satu sama lain. Misalnya, negara Indonesia kaya akan rempah-rempah, namun para pemudanya kekurangan eksposur, sehingga dikirimkan ke negeri Paman Sam untuk diberdayakan lebih lanjut.
Hal inilah yang mendorong terjadinya kegiatan ekspor, yakni suatu kegiatan -- yang dilansir dari Kompas.com -- berupa mengirimkan barang dagangan ke luar negeri dengan tujuan memeroleh timbal balik berupa barang permintaan yang dibutuhkan oleh negeri. Yang menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani dalam Transaksi Bisnis Internasional (2000), dilakukan guna memenuhi kebutuhan setiap negara sehingga bisa berkembang lebih baik.
Lebih lanjut, mengutip laman Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, ekspor dilakukan untuk mengontrol harga produk ekspor supaya tetap stabil, tentunya dengan cara mengirimkan produk dengan kapasitas berlebih. Mengingat keberlimpahan produk dapat menekan total harga produk, lantaran mudah sekali didapatkan.
Dampak jangka panjangnya adalah pertumbuhan ekonomi di suatu negara secara positif. Pasar-pasar akan terus melebarkan sayapnya. Menggenjot pertumbuhan investasi. Yang secara tidak langsung mendatangkan terus devisa suatu negara.
Tambah lagi mengekspor tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnisnya saja, akan tetapi menopang kebutuhan konsumen individu pula. Lantaran konsumen bisa mendapatkan nilai tambah dari suatu produk yang tidak bermuara dari lokal ataupun tanah air. Melalui transaksi barang secara online tentunya.
Pencapaian Terbaru Ekspor Indonesia
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), kegiatan ekspor Indonesia pada bulan Juni berhasil meraih 18,55 miliar dollar AS. Meningkat 9,52 persen secara bulanan, yakni dibandingkan dengan bulan Mei 2021. Dan meningkat 54,46 persen secara tahunan, dengan membandingkannya dengan Juni 2020.
Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, kenaikan nilai ekspor tersebut dikontribusi oleh hampir seluruh sektor, tidak terkecuali ekspor migas ataupun nonmigas.
Terbukti, nilai ekspor nonmigas pada Juni 2021 meraih angka 17,31 miliar dollar AS atau setara kenaikan sebesar 8,45 persen (mtm) dan 51,35 persen (yoy).
Jika ditanya lebih lanjut mengapa nilai ekspor nonmigas bisa mengalami kenaikan, alasannya cukup sederhana. Pertama, ekspor besi dan baja meningkat sebesar 32,31 persen. Berikutnya ada kendaraan yang meningkat sebesar 42,19 persen. Biji perah dan abu logam naik 35,36 persen. Mesin dan perlengkapan elektrik naik 15,87 persen. Dan alas kaki meningkat 33,01 persen.
Adapun nilai sementara ekspor tahun ini (Januari-Juni 2021) mencapai 102,87 mliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 34,78 persen (yoy). Peningkatan nilai tersebut beriringan dengan nilai ekspor nonmigas yang meraih angka 97,06 miliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 34,06 persen. Ini menunjukkan bahwa ekspor nonmigas menjadi faktor terbesar terjadinya peningkatan nilai ekspor negara secara keseluruhan.
Di sektor pertanian pun nilai ekspor pada Juni 2021 turut mengalami kenaikan. Meraih angka 0,32 miliar dollar AS yang setara dengan peningkatan sebesar 33,04 persen (mtm) dan 15,19 persen (yoy). Yang secara bulanan kebanyakan dikontribusi oleh aromatik, biji kakao, cengkeh, kopi, rempah-rempah, sarang burung, dan tanaman obat.
Pertumbuhan nilai ekspor pada sektor industri pengolahan pun tak kalah menariknya. Dikabarkan telah berhasil meraih angka 14,08 miliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 7,34 persen (mtm) dan 45,91 persen (yoy).
Tak ketinggalan pula sektor pertambangan yang nilai ekspornya mencapai 2,91 miliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 11,75 persen (mtm) dan 92,80 persen (yoy). Dengan batubara, lignit, tembaga, dan bijih logam lainnya sebagai kontributor nilai ekspor bulanan terbesar.
Adapun negara-negara yang menjadi peminat produk keluaran tanah air pada bulan Juni secara berurutan ialah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, dan Filipina. Indonesia berhasil mendorong Negeri Bambu untuk mau menggelontorkan dananya, yang dikabarkan pangsanya sebesar 23,88 persen. Dengan mengekspor barang senilai 4,13 miliar dollar AS, yang terdiri atas bahan bakar mineral, baja, besi, dan lemak dan minyak hewan nabati.
Berikutnya ada AS yang memiliki pangsa 12,34 persen pada bulan Juni ini. Barang-barang yang diekspor ke Negeri Paman Sam adalah pakaian, aksesoris, rajutan, karet atau barang yang terbuat dari karet, dan alas kaki. Disusul oleh Jepang dengan pangsa 7,87 persen atau setara dengan pemerolehan dana sebesar 1,36 miliar dollar AS. Dengan komoditas-komoditas berupa abu logam, bijih terak, elektrik, mesin dan perlengkapan, serta bahan bakar mineral dan lainnya.
Tambah lagi, berdasarkan laman resmi Badan Pusat Statistik, kontributor ekspor terbesar pada Januari-Juni 2021 adalah Jawa Barat dengan nilai 16,08 miliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 15,63 persen, disusul Jawa Timur dengan nilai 11,20 miliar dollar AS atau setara dengan kenaikan sebesar 10,98 persen, dan Riau dengan nilai 9,12 miliar dollar AS, yang naik sebesar 8,86 persen.
Melansir laman Republika.co.id, nilai total ekspor Indonesia pada Juni ini melebihi kinerja ekspor pada April 2021 yang meraih angka 18,49 dollar AS. Berhasil memecahkan rekor baru sejak Agustus 2011, yang mencapai 18,55 miliar dollar AS.
Menunjukkan Optimisme
Menurut Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi, kenaikan nilai ekspor ini menunjukkan bahwa Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan di masa mendatang. Komoditas-komoditas unggulan pada Januari-Juni 2021 akan menjadi senjata utama pada perdagangan pada periode-periode berikutnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kemtan, Kuntoro Boga Andri mengungkapkan bahwa program-program milik Kementerian Pertanian sudah sesuai dengan jalur dan koridornya. Mulai dari hulu hingga hilir, semua terjaga dengan keseimbangan intervensi. Tak lupa kerja sama dari semua pihak dalam memajukan pertanian Indonesia.
Terbukti, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) terus meningkat dari Oktober 2020 hingga Mei 2021. Adapun NTP bulan Oktober 2020 adalah 102,25, berikutnya pada November 2020 meraih angka 102,86, Desember 2020 103,25, lalu Januari 2021 sebesar 103,26, Februari 103,10, Maret 103,29, April 102,93 dan bulan Mei 2021 mencapai 103,29.
Berlaku pula untuk NTUP, dengan Oktober 2020 sebesar 1002,42, lalu pada November mencapai 103,28, Desember 104,00, Januari 104,01, Februari 103,72, Maret 103,87, April 103,55 dan Mei 2021 meraih angka 104,04.
Ditambah perbaikan struktur industri yang tengah dilakukan pemerintah, kegiatan ekspor di masa depan diamini dapat meningkatkan pemanfaatan berbagai komoditas industri dan industri berteknologi tinggi, seperti baja, besi, dan otomotif misalnya. Mengingat nilai ekspor besi dan baja pada Januari-Juni 2021 mengalami peningkatan hingga 92 persen secara yoy.
Tambah lagi, ini menunjukkan kalau Indonesia tengah berevolusi dari produsen barang mentah dan barang setengah jadi menuju komoditas industri dan industri berteknologi tinggi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mendag Lutfi.
Lanjut Mendag Lutfi, kegiatan ekspor direncanakan untuk bekerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) di masa mendatang. Dengan mengandalkan ekspor produk bernilai tinggi berupa perhiasan, pemerintah mengharapkan bisa merangkul UEA dalam relasi perdagangan internasional.