Senjata Rahasia EPC di Era Serbuan Baja Impor
🌏 Sebuah Realita di Lapangan
Bayangkan Anda adalah kontraktor EPC yang baru saja melihat pengumuman tender proyek besar. Anda sudah menyiapkan desain, menghitung RAB, dan membandingkan harga material. Lalu, kenyataan pahit muncul: harga baja impor dari Tiongkok jauh lebih murah dari opsi lokal Anda.
Di atas kertas, sulit bersaing. Tetapi Anda juga tahu, baja impor bukan tanpa risiko: ada regulasi yang rumit, potensi biaya tambahan, dan ancaman keterlambatan barang di pelabuhan.
Pertanyaannya: apakah harus menyerah pada harga murah itu, atau ada cara lain untuk tetap menang?
⚠ Tantangan yang Menjebak Banyak EPC
-
Harga murah menekan proposal Anda. Kontraktor lain bisa tampil jauh lebih rendah.
-
Regulasi mengikat. Besi baja termasuk barang impor terbatas menurut Permendag 36/2023, yang berarti perlu Pertek Kemenperin dan PI.
-
Standar mutu wajib. Produk seperti baja tulangan beton harus memenuhi SNI Wajib (Permenperin 55/2024).
-
Biaya tambahan yang tak terlihat. Sejak 31 Desember 2024, pemerintah memperpanjang BMAD HRC (PMK 103/2024). Hasilnya, harga baja impor tertentu otomatis naik.
-
Faktor TKDN. Dalam proyek pemerintah, bobot tambahan diberikan bagi EPC dengan TKDN ≥40%. Penawaran impor penuh hampir pasti kalah skor di tahap evaluasi.
Banyak EPC berhenti di titik ini, merasa mustahil melawan serbuan impor murah. Tapi ada juga yang memilih jalan lain.
🔑 Menemukan Senjata Rahasia
1. TKDN sebagai tameng pertama
Alih-alih hanya fokus harga, EPC cerdas memanfaatkan TKDN. Dengan mengkombinasikan pasok lokal dan impor strategis, nilai TKDN bisa melewati 40% sehingga proposal mendapat preferensi harga. Owner proyek lebih yakin, karena ada kontribusi nyata ke industri nasional.
2. PLB sebagai benteng pertahanan
Material impor memang kadang tak terhindarkan. Tetapi daripada menanggung risiko biaya tinggi di pelabuhan, EPC bisa menggunakan PLB (Pusat Logistik Berikat) milik TCI.
Barang impor disimpan aman, bea masuk dan PPN ditangguhkan sampai barang ditarik. EPC jadi punya buffer stock yang fleksibel tanpa mengorbankan cash flow.
3. USDFS: celah cerdas untuk impor khusus
Ada proyek yang membutuhkan material berkualitas tinggi dari Jepang. Dalam kasus seperti ini, EPC bisa memanfaatkan User Specific Duty Free Scheme (USDFS) yang memungkinkan impor bebas bea untuk produk tertentu. TCI membantu memeriksa kelayakan skema ini dan menyiapkan jalur impor yang paling efisien.
4. TCI sebagai mitra di balik layar
Di sinilah “rahasia” sebenarnya bekerja. EPC cukup memberikan RAB, spesifikasi, dan daftar vendor preferensi.
TCI kemudian:
-
Melakukan importation checking: apakah HS terkena Pertek, SNI, LS, atau BMAD.
-
Merekomendasikan fasilitas terbaik (PLB, USDFS, atau kombinasi lokal–impor).
-
Mengeksekusi seluruh proses impor dan logistik.
Hasil akhirnya: EPC tampil di meja tender dengan harga realistis, dokumen kepatuhan lengkap, dan supply chain yang kredibel.
⚖ Murah Bukan Segalanya
Mari jujur: pemilik proyek lebih menghargai kepastian daripada sekadar harga murah. Apa artinya harga baja lebih rendah, jika barang tertahan berbulan-bulan karena Pertek belum keluar? Atau jika SNI tak terpenuhi lalu barang ditolak di pelabuhan?
EPC yang bekerja sama dengan TCI bisa dengan percaya diri berkata:
-
“Harga kami realistis, bukan asal murah.”
-
“Lead time kami terukur, dengan PLB sebagai buffer.”
-
“Dokumen kami lengkap, risiko compliance terkendali.”
Itulah yang membuat owner memilih, bukan sekadar angka di kolom harga.
✨ Penutup: Senjata Rahasia yang Membawa Kemenangan
Di era serbuan baja impor, harga murah adalah jebakan. EPC yang hanya mengejar murah akan jatuh pada biaya tambahan, risiko keterlambatan, dan kehilangan kredibilitas.
Senjata rahasia yang sejati adalah:
-
TKDN Advantage untuk poin evaluasi.
-
PLB Flexibility untuk cash flow & lead time.
-
USDFS untuk memanfaatkan peluang impor legal & efisien.
-
TCI sebagai importation partner yang menjaga compliance dan memastikan supply chain berjalan mulus.
Dengan senjata ini, EPC bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga memenangkan lebih banyak tender strategis di tengah gempuran produk impor.